Muhadi "Dedy Jaya" |
Dan sekarang adalah kisah hidup Muhadi yaitu seorang kondektur bus yang bisa menjadi pemilik perusahaan bus Dedy Jaya. Berikut ini kisah suksesnya.
Biografi Muhadi
Muhadi lahir di Brebes, Jawa Tengah pada bulan Maret 1961. Ayahnya hanyalah seorang petani desa yang tidak tahu apa itu baca tulis. Muhadi sendiri bukanlah anak yang menonjol di sekolahnya. Biasa-biasa saja. Bahkan ia hanya bisa meluluskan sekolahnya hanya setingkat SMP yaitu di madrasah sanawiyah di sebuah pesantren di Cirebon.
Setelah memutuskan tidak melanjutkan sekolah, Muhadi lantas bekerja membantu bapaknya di sawah. Selain itu ia juga menjadi penjaja es keliling dari kampung ke kampung, berjualan minyak keliling dan juga menjadi kondektur bus. Semua pekerjaan itu ia lakoni selama bertahun-tahun dan setulus hati. Ia pun bukan orang yang neko-neko, setiap uang hasil keringatnya selalu ia simpan buat bekalnya di kemudian hari. Begitulah hari-hari yang dilalui Muhadi, penuh perjuangan dan bekerja keras.
Hingga suatu hari ketika usianya 19 tahun, ia bertemu dengan seorang wanita yangbernama Atik Sri Subekti lalu dinikahinya pada tahun 1981. Muhadi memang nekat menikah walau usianya masih 19 tahun "Waktu itu umur saya baru 19 tahun, tapi saya nekat menikah," tuturnya mengenang. Setelah menikah Muhadi berfikir bahwa ia tak bisa selamanya bekerja serabutan, selain hasilnya sedikit juga tak ada masa depannya.
Mulai Membangun Bisnis
Muhadi lalu berfikir untuk berdagang bambu. Modal awalnya hanya 50 ribu hasil tabungannya selama ini. Dari berjualan bambu ini titik terang semakin terlihat. Bambunya begitu laris hingga meraup keuntungan berkali lipat. Sering pesanan dalam jumlah besar datang. Biasanya berasal dari pemborong bangunan. Jika sudah demikian ia bisa meraup untung hingga 7 kali dari biasanya.
Bambu mungkin jalannya dalam meraih sukses. Tidak hanya mendapat laba berlipat namun dari jualan bambu ia bisa memiliki banyak kenalan dengan pemborong dan bisa belajar tentang ilmu usaha bangunan. Ia pun berfikir untuk membuka toko bahan bangunan, para pemborong itu juga pasti membutuhkan material bangunan dan ia bisa menyuplainya juga.
Toko bahan bangunan pun akhirnya didirikannya dengan modal dari keuntungan jualan bambu dan dari pinjaman bank.
Agaknya pilihan Muhadi untuk membuka toko bahan bangunan memang tepat. Buktinya tokonya sangat laris. Keuntungan yang didapat pun berlipat-lipat. Selain itu toko bahan bangunan menjadi sumber modalnya yang utama dalam mendirikan bisnis lainnya kelak.
Toko bahan bangunan telah menjadi mesin pencetak uang baginya. Terbukti tujuh tahun setelah itu Muhadi bisa membeli beberapa bus besar. Ia pun mendirikan perusahaan bus PO Dedy Jaya yang melayani trayek Jakarta-Purwokerto, Jakarta-Tegal, dan Jakarta-Pemalang-Pekalongan. Tentunya penumpang asal Pantura, Tegal, Pekalongan, dan Purwokerto yang hendak ke Jakarta tentu sudah tak asing lagi dengan bus ini. Saat ini jumlah armada busnya mencapai ratusan unit. Muhadi mengambil nama anaknya Dedion Supriyono sebagai nama PO nya dan nama grup bisnisnya.
Setelah menjadi miliarder, Muhadi tak lantas berpuas diri menikmati jerih payahnya. Ia selalu berfikir untuk mencari terobosan baru guna membuat mesin pencetak uangnya yang lain. Muhadi lalu menginvestasikan keuntungan usaha busnya dengan membuka toko emas dan menerjuni usaha perkayuan di Tegal.
Karena telah memiliki usaha bambu, toko bahan bangunan dan usaha perkayuan, Muhadi pun berfikir untuk menjadi kontraktor. Ia melirik bisnis pusat perbelanjaan palagi di kotanya yaitu Tegal saat itu peluang tersebut masih sangat terbuka lebar. "Saya ingin menjadi pelopor pengembang pribumi, daripada peluang itu diambil developer dari luar," ucapnya.
Impian Muhadi membangun sebuah mall di Tegal akhirnya menjadi kenyataan. Pada tahun 1998 ketika maraknya krismon, Mall Dedy Jaya pun akhirnya berdiri. Muhadi juga membangun dua hotel berbintang. Lokasinya yaitu di Tegal dan Brebes. Muhadi berfikir bahwa jika ada turis entah itu domestik atau asing tentu membutuhkan penginapan yang berkelas. Saat itu di kedua daerah tersebut belum ada hotel yang berkelas yang ada cuman losmen – losmen kecil saja. Sehingga bisnis hotelnya hampir tak ada saingan.
Pengakuan dan Penghargaan
Kegigihan Muhadi untuk merubah nasibnya patut diacungi jempol. Di usianya yang masih 31 tahun, ia sudah menjadi pemilik grup bisnis beromset miliaran bahkan mungkin triliunan. Bahkan jerih payahnya ini selain menghasilakn uang juga telah membuatnya menerima berbagai penghargaan dan gelar. Dirumanya, ada tiga almari yang penuh dengan berbagai piala dan piagam penghargaan. Yang paling membanggakan adalah penghargaan upakarti dari Presiden. “Saya bangga, karena saya ini cuma orang desa," tuturnya merendah.
Motto hidup Muhadi adalah Masalah nasib urusan belakangan, yang penting kerja keras dulu. Itulah yang mendasari dirinya untuk terus mencoba dan mencoba bisnis baru. Sebagai catatan walau ia sudah memiliki perusahaan bus dan juga menjadi kontraktor, usaha nya yang dulu tak pernah ditinggalkannya seperti usaha bambu dan toko bangunan karena dari dua usaha itulah yang menjadi dasar bisnisnya sekarang ini.
Muhadi tak menampik bahwa peran serta bank dalam mengucurkan pinjaman untuk nya juga sangat penting. Namun perlu dicatat bahwa bank tak mungkin mempercayakan uangnya jika kredibilitas seseorang tak bagus. Muhadi mengakui bahwa hutangnya di bank cukup besar, namun ia tak malu mengakui itu. "Saya baru malu kalau tak bisa membayar," tegasnya.
Muhadi bukan tipe orang yang suka pamer dan bermewah-mewah dengan hasil yang telah dicapainya. Kantor pusatnya sangatlah sederhana, hanya ruangan sebesar 24 m2 yang menempel dengan rumahnya di daerah Jalan Raya Cimohong, Bulakamba. Dari situlah Muhadi mengendalikan kerajaan bisnisnya.
Kegagalan Bisnis Muhadi
Muhadi tidak terus-terusan mendapat sukses. Ia juga pernah gagal bahkan hampir membuatnya berhenti dari segala bisnisnya. Ia pernah merasakan pahitnya rugi, pahitnya gagal dan hampir bangkrut. Salah satu bisnisnya yang gulung tikar adalah usaha bioskop Dedy Jaya di Tegal. Awalnya usaha ini menuai untung yang besar namun kemudian marak VCD bajakan yang membuat orang enggan ke bioskop. Perlahan-lahan pengunjung bioskopnya sepi dan akhirnya Muhadi terpaksa melego bioskopnya.
Muhadi juga pernah menjajal bisnis kapal ikan. Di bisnis ini persaingannya sangat ketat dan ketika itu bertepatan dengan krismon tahun 98. Sebenarnya saat itu bisnisnya baru berkembang dan sedang butuh modal banyak namun karena krismon dan suku bunga naik terus membuat bank tak ada yang sanggup mengucurkan modal besar. "Berat sekali waktu itu. Ternyata lebih mudah merintis ketimbang mempertahankan usaha yang sudah ada," kenang Muhadi.
Hampir saja bisnis kapal ikan ini juga menyeret bisnisnya yang lain untuk rugi akhirnya ia hentikan bisnis kapal ikannya agar tak berdampak pada bisnisnya yang lain.
Roda itu berputar, begitu juga dengan nasib Muhadi. Kesuksesan demi kesuksesan yang didapatnya selama ini bukanlah didapatnya secara instan. Ia bukan mendapatkan nya dari warisan. Ia mendapakannya dari usaha keras dan doa. Muhadi, yang awalnya hanya seorang tamatan SMP, hanya seorang pedagang es dan minyak keliling dan hanya seorang kondektur bus itu kini telah menjelma menjadi seorang yang sukses bersama raksasa bisnisnya yang berpusat di Tegal Dedy Jaya Group. Tak ada yang tak mungkin di dunia ini selama mau bermimpi besar dan berusaha keras mewujudkannya.
0 Komentar untuk "Biografi Muhadi – Mantan Kondektur yang Memiliki Perusahaan Bus Dedy Jaya"